5 Macam Pintu Hidayah yang Dapat Digunakan oleh Setiap Orang untuk Menemukan Kebenaran dan Kebahagiaan Hidup, Nomor 3-5 Paling Banyak Dilupakan.

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamuálaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Semoga teman-teman dalam kedaan sehat dan selalu dalam lindungan Allah Taála. Aamiin.

Baik, teman-teman, kali ini ada cerita yang saya baca dari salah satu buku tafsir. Yaitu Tafsir Al-Munir karangan Syeikh Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili. Menurut beliau, Allah Taála telah memberi manusia lima macam hidayah yang dapat dipergunakannya untuk mencapai  kebahagiaan dalam. Jadi sudah ada semacam Sofware dalam diri setiap orang yang dapat mengantarkannya kedalam kebahagian dalam hidup.

1. Hidayah Ilham Fitrah

Hidayah ini dimiliki oleh bayi sejak lahir, dimana dia merasakan kebutuhan untuk makan dan minum sehingga dia menjerit meminta makan dan minum jika kedua orang tuanya lupa. 

2. Hidayah Indra

Hidayah ini melengkapi hidayah pertama. Kedua hidayah ini sama-sama dimiliki oleh manusia dan hewan malah hewan pada permulaannnya kedua hidayah ini lebih sempurna dalam diri heram daripada dalam diri manusia, sebab ilham hewan segera sempurna tak lama setelah kelahirnnya, sedangkan dalam diri manusia ilham  tersebut berkembang secara bertahap. 

3. Hidayah Akal

yaitu hidayah yang lebih tinggi dari kedua hidayah diatas. Manusia dicipatakan sebagai mahluk berperadaban agar ia hidup bersama orang lain, sementara indra lahiriahnya semata tidak cukup untuk kehidupan bermasyarakat, maka dari itu manusia mesti dibekali dengan akal yang mengarahkannya, kejalan-jalan kehidupan, melindunginya dari dan penyimpangan, serta mengoreksi baginya kesalahan-kesalahan indrawi dan mencegah tergelincirnya dalam arus hawa nafsu. 

4. Hidayah Agama

yaitu suatu hidayah yang tidak keliru, sumber yang  takkan menyesatkan, terkadang akal keliru dan nafsu  terbawa arus kesenangan dan syhwat sehingga menjerumuskan seseorang ke dalam kehancuran. karen itu, nanusia memerlukan suatu evaluator, pembimbing dan pentunjuk yang tidak terpengaruh oleh hawa nafsu. Hidayah agama membantunya dan membimbingnya ke jalan yang lurus, baik setelah ia terjebak ke dalam kesalahan maupun sebelumnya. Hidayah ini selalu menjadi pegangan manusia untuk membekali diri dengan kunci-kunci kebaikan dan mempersenjatai diri dengan gembok kejahatan, sehingga dia tidak akan tergelincir dan pasti selamat. Hidayah ini juga membuatnya sadar akan batas-batas apa yang wajib atasnya terdadap kekuasaan Allah yang mana dia tunduk kepada-Nya jauh di dalam hatinya dan dia merasakan kebutuhan yang mendesak kepada Sang Pemilik kekuasaan tersebut Yang telah menciptakannya dengan bentuk yang sempurna dan telah memberinya berbagai nikmat lahir dan batin yang tidak terhitung banyaknya. jadi, hidayah ini menjadi faktor yang paling dibutuhkan manusia untuk mewujudkan kebahagiannya.  
Al-Qurán telah mengisyaratkan hidayah-hidayah di atas dalam banyak ayat, diantaranya firman Allah, 

"Dan Kami telah menunjukan kepadanya dua jalan." (al-Balad: 10)

Artinya, Kami telah menerangkan  kepadanya jalan kebaikan dan jalan kejahatan, serta kebahagiaan dan dan kesengsaraan. Juga firman-Nya, 

"Dan adapun kaum Tsamud maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) dari petunjuk itu." (Fushshilat: 17)

Artinya, Kami telah menunjukan kepada meraka jalan kebaikan dan kejahatan, lalu mereka memilih jalan kedua.

5. Hidayah Pertolongan dan Taufik untuk Menapaki Jalan Kebaikan dan Keselamatan. 

Hidayah ini lebih khusus daripada hidayah agama . Hidayah inilah yang Allah perintahkan kepada  kita untuk senantiasa memohonnya dalam firman-Nya, "Tunjukilah kami jalan yang lurus." Artinya, berilah kami petunjuk, yang diiringi dengan pertolongan gaib dari-Mu, yang dengannya Engkau menjaga kami dari kesessatan dan kesaalahan. 

    Kemampuan memberi hidayah ini hanya dimiliki oleh Allah SWT, tidak diberikan-Nya kepada satupun mahluk-Nya, bahkan Dia pun telah menafikan kemampuan memberi hidayah ini dari Nabi  SAW.. Dia berfirman,

     "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya." (al-Qashash : 56)

    "Bukanlah kewajiban kamu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) kepada siapa yang dikehendaki-Nya," (al-Baqarah :272)

Dia mengatakan bahwa Dialah yang memberi hidayah.

Sumber : Tafsir Al-Munir, Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili


Komentar